Padangsidimpuan 17 September 2025
Pusat Pengkajian Islam dan Moderasi Beragama UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan laksanakan seminar moderasi beragama dengan mengangkat tema “Mahasiswa Moderat, Indonesia Kuat: Menjaga Kebhinekaan di Era Digital” yang berfokus pada pentingnya mempromosikan pemahaman moderat di kalangan mahasiswa di tengah era digital yang kompleks. Acara ini menggarisbawahi urgensi pembentukan karakter mahasiswa yang adaptif terhadap nilai-nilai kebhinekaan, sekaligus tangguh menghadapi tantangan ekstremisme dan disinformasi di ranah digital.

Dr. Mhd. Latip Kahfi, M.Kom.I selaku Kepala Pusat Pengkajian Islam dan Moderasi Beragama sekaligus Ketua Panitia kegiatan ini menyampaikan laporannya menyampaikan bahwa kepesertaan pada kegiatan sejumlah 200 mahasiwa yang terdiri dari Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa Universitas dan Fakultas sebagai perwujudan perwakilan mahasiswa UIN syahada padangsidimpuan. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Agama Republik Indonesia untuk menjadikan moderasi beragama sebagai nafas dalam setiap program dan kebijakannya, khususnya dalam membentuk pemahaman moderat di kalangan mahasiswa agar tidak ekstrem dalam beragama.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Prof. Dr. H. Arbanur Rasyid M.A., turut menggarisbawahi peran strategis perguruan tinggi dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan moderasi beragama di kalangan generasi muda. Beliau menekankan bahwa moderasi beragama, yang berakar pada prinsip keadilan dan keseimbangan, merupakan fondasi esensial untuk membangun harmoni sosial di tengah keragaman masyarakat Indonesia. Dr. Arbanur menyampaikan pengalaman beliau terhadap pengamalan moderasi Beragama pada saat masa covid-19 lalu. Ada Non Muslim yang meninggal dunia dikarenakan terinfeksi covid-19, dan masyarakat sekitar menolak untuk di makamkan di desa tersebut, dikarenakan msyarakat menolak untuk di makamkan di desa tersebut, maka Dr. Arba menawarkan untuk di makamkan di tahan milik dia sendiri, padahal yang meninggal tersebut Non-Muslim faktor covid. Dari kejadian tersebut dapat dilihat bahwa moderasi beragama bukan hanya tentang toleransi antarumat beragama, tetapi juga tentang kemanusiaan dan empati lintas batas keyakinan, sebuah pendekatan yang sangat relevan untuk ditanamkan pada mahasiswa sebagai agen perubahan sosial.

Dr. Ikhwanuddin Harahap, M.A menyampaikan Bimbingan, Arahan sekaligus membuaka Acara kegiatan ini.Dalam Sambutannya , beliau menekankan bahwa moderasi beragama bukan sekadar slogan, melainkan sebuah kebutuhan fundamental dalam menjaga keutuhan bangsa di era digital yang penuh tantangan ini. Ia menegaskan bahwa mahasiswa sebagai tunas bangsa harus mampu menjadi pelopor moderasi, menyebarkan nilai-nilai toleransi, dan menolak ekstremisme demi terciptanya masyarakat yang rukun dan damai. Baliau menyampaikan bahwa Moderasi Beragama ini merupakan Astacita Presiden RI Prabowo Subianto yang merupakan salah satu agenda pemerintah Indonesia, berupaya memperkuat komitmen kebangsaan, toleransi, menolak kekerasan, dan mengakomodasi kebudayaan lokal, sekaligus membutuhkan pengembangan dan penguatan.

Pentingnya peran mahasiswa dalam upaya ini tidak dapat diabaikan, mengingat potensi mereka sebagai agen perubahan sosial yang mampu menyebarkan narasi moderasi secara luas. Berdasarkan Astacita tersebut harapannya nilai nilai moderasi beragama ini dapat terinternalisasi secara mendalam dalam setiap aspek kehidupan mahasiswa, membentuk mereka menjadi individu yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan mampu berdialog konstruktif. Implementasi nilai-nilai ini di lingkungan kampus, yang notabene heterogen, menjadi krusial untuk menciptakan suasana rukun dan saling menghargai di tengah keberagaman latar belakang mahasiswa, terlebih di UIN Syekh Ali hasan Ahmad Addary telah memiliki 3 orang mahasiswa non muslim, maka dari itu setiap mahasiswa harus dapat nemanamkan sikap saling menghargai dan memahami perspektif yang berbeda sebagai bagian dari pengamalan moderasi beragama.